Wereng punggung putih (Sogatella
furcifera Horvarth), menyebar luas di beberapa wilayah. Di Indonesia S.
furcifera merupakan serangga tua yang dikenal sejak tahun 1930. Pada MH
1982/83, hama ini telah menyerang pertanaman padi berumur 2-3 minggu setelah
tanam seluas 500 ha di Perum Sang Hyang Seri. Varietas
yang diserang ialah Cisadane, Cipunagara, Krueng Aceh, dan galur GH 147. Mulai
1995 yaitu setelah 13 tahun dari mulai menyerang varietas unggul baru dan galur
atau 11 tahun sejak beratribut serangga k-strategik (yang mempunyai ciri
perkembangbiakannya sangat lamban dan populasinya stabil rendah untuk
mempertahankan makanan supaya tetap tersedia), perkembangan populasi S.
furcifera mulai mengarah kepada serangga yang r-strategik dengan ciri yang sama
seperti pada wereng coklat. Mulai tahun 2000 populasi S. furcifera di jalur
pantura mendominasi populasi wereng coklat dan pada tahun 2009 sudah mulai
menimbulkan ledakan sampai mati terbakar (hopperburn) pada tanaman padi hibrida
SL-8. Di luar Jalur Pantura mulai Brebes-Jawa tengah sampai Mojokerto-Jawa
Timur peningkatan populasi S. furcifera belum terlihat. Oleh karena itu
serangan S. furcifera atau campuran S. furcifera dan wereng coklat perlu
diwaspadai karena akan menjadi ancaman yang serius dan pada saat merealisasikan
Peningkatan Produksi Padi Nasional (P2BN). Perlu menyediakan varietas tahan S.
furcifera dan perlu pola distribusi varietas berdasarkan biotipe S. furcifera
sejak awal. Bila terjadi serangan wereng coklat dan S. furcifera segera gunakan
bahan kimia yang pemakaiannya berdasarkan patrun ambang ekonomi ganda antara
dua wereng tersebut.Beberapa faktor yang diduga mendukung
perkembangan hama ini adalah: penggunaan padi hibrida dan pemupukan yang
berlebihan, teknik pengendalian yang kurang tepat, serta pengaruh cuaca
Wereng punggung putih (Sogatella furcifera Horvarth)
Reviewed by Ginting free Blog
on
07.57
Rating: 5
Tidak ada komentar: